Rabu, 06 Maret 2013

TEKNOLOGI BENIH



Biji ortdodoks atau biji rekalsitran :  Biji orthodoks adalah biji yang dapat disimpan lama dengan menurunkan kadar airnya dan dalam ruang simpan yang kering dan dingin.(Sadjad et al 1999 ) Segolongan tumbuhan memproduksi biji yang mengikuti Rule of Thumbs yaitu jika biji ini semakin rendah kadar airnya dan semakin rendah suhu simpannya, semakin panjang pula potensial umurnya. Penurunan kadar air biji jenis ini menjadi sekitar  4 % dan kemudian disimpan pada suhu 0 0 C pada sealedstorage diharapkan dapat bertahan lebih lama, jenis biji biji ini disebut benih orthodoks. Biji biji orthodoks ini ada berukuran kecil berukuran kecil  misalnya biji sayuran, yang berukuran sedang  misalnya biji padi padian dan yang berukuran besar misalnya kacang kacangan, kapas dan jagung.
Biji rekalsitran yaitu biji yang tidak dapat disimpan  walaupun kadar airnya diturunkan, demikian pula kalau disimpan dalam keadaan kering maupun dingin.( Sadjad et al 1999). 
Pada jenis biji biji ini tidak berlaku persamaan dan Rule of Thumbs.

Biji Rekalsitran
Tumbuhan yang memproduksi biji tidak menurukan kadar airnya meskipun setelah mengalami masak fisiologis. Kadar air tetap dipertahanakan tinggi dan justru mati bila kadar air menurun sampai tingkat yang rawan.
Umur biji biji golongan rekalsitran umumnya pendek ( mikro biotik) meskipun kadar air tetap dipertahanakan tinggi yakni beberapa minggu sampai beberapa bulan. Biji jenis ini berasal dari tumbuhan air, tanaman buah buahan, tumbuhan pohon hutan. Biji biji tanaman buah buahan termasuk golongan ini seperti mangga, durian, manggis, namgka, jeruk,  kakao, kopi, cengkeh, kelapa, advokad dan lainnya.

Selain peka dan tidak tahan terhadap kadar airrendah, jenis biji rekalsitran peka dan tidak tahan terhadap suhu rendah apalagi freezing inyury ( Robert 1975 dalam Yudono 1995). Beberapa penelitian jenis biji rekalsitran mengalami kerusakan internal/ultra-struktural pada suhu chilling ( 10 - 150 C). meskipun tidak terhadap semua jenis biji. Biji kakao, cengkeh, kampher, mangga mengalami kerusakan pada suhu 10 – 15 0 C. Karakter rekalsitran pada dasarnya tidak hanya pada kepekaannya terhadap kandungan air biji saja, ternyata tidak tahan pada suhu rendah juga menjadi karakteristik biji rekalsitran.
Ekologi Biji Rekalsitran. Henelt (1977) dalam Yudono 1995 melaporkan bahwa species tumbuhan yang menghasilkan biji rekalsitran termasuk didalamnya tumbuhan pohon pohonan, perdu pada daerah tropis lembab, juga pohon hutan daerah sedang dan tumbuhan yang hidup pada ekologi air. Biji rekalsitran dihasilkan oleh dua tipe tumbuhan yakni :
1.      Tumbuhan air dimana lingkungannya selalu ada genangan air dan biji yang dihasilkan tidak akan pernah mengalami keadaan kering. 2. Tumbuhan tahunan yang mempunyai strategi pelestarian penerusan generasi dimana biji diproduksi pada selasng waktu yang tetap / teratur. Pada saat produksi biji likungan mempunyai kelembaban relatif (RH) tinggi sehingga memungkinkan kelangsungan perkecambahan baik sepanjang tahun maupun waktu tertentu dan ini hanya dapat dicapai pada lingkungan tropis basah. Pada daerah yang mengalami musim dingin / kering biji mengalami sedikit sifat dormansi untuk sekedar melewati musim tersebut dan berkecambah sesudah musim dingin.

Kendala yang yang ditemui pada jenis biji ini adalah umurnya yang pendek dan kepekaannya terhadap penurunan kadar air biji. Percobaan simulasi untuk mengetahui yang terjadi pada biji rekalsitran terhadap pengaruh penurunan kandungan air menunjukan bahwa :
Penurunan kandungan air menyebabkan terjadinya kerusakan ultrastruktural sel dan pada keadaan ini tidak ada kemampuan sel untuk mengadakan repairing mechanism. Pda kandungan air tetap tinnggi bila terjadi kerusakan sel mampu melaksanakan repairing mechanism yang diperlukan. Contoh kondisi optimum dan potensial umur biji rekalsitran sebagai berikut :


Tabel. 1. Kondisi Optimum dan Potensi Umur Biji  Rekalsitran
Nama tumbuhan
Potensial Umur
Suhu dan kandungan air ideal
Media penyimpan
Suhu dan kandungan air kritis
Mangga
10-13 minggu
20 – 23 0 C
50 % RH
Arang lembab
3 -12 0 C
Pengeringan
Durian
32 hari
20 0C
Lembab

0 0 C
21 % RH
Kopi
4 bulan

Arang Lembab
Kering matahari k.a < 20%
Kakao
90 hari
Lembab

Ventilated
K.a < 19 %
Karet
3 bulan
Lembab
Serbuk gergaji
K.a 10 %

Biji rekalsitran  memerlukan suhu dan kandungan air ideal 20 0 C dan RH 50 % lembab dan berada pada kondisi kritis berbeda beda tergantung  jenis tumbuhannya.
Proses proses  setelah pembuahan terjadi adalah :
1.      pembentukan dan
2.      pemasakan biji, sampai buah/biji dipanen.
Biasanya biji matang bersamaan waktunya dengan masaknya buah.
Contoh :
v  Beberapa varietas kedelai polong cepat merekah (pecah) pada waktu telah masak sehingga biji terlempar keluar dan mengakibatkan banyak biji yang hilang.
v  Sebaliknya bila terlalu cepat dipanen (belum masak) mengakibatkan biji banyak yang rusak, karena bihji masih terlalu lunak.
Hal penting yang terjadi pada periode pemasaakan biji adalah perubahan :
1.    Kadar air, 2. Berat kering biji, 3. Daya kecambah biji, 4. Daya  tumbuh biji, 5. Ukuran  besar biji
Berat kering biji
Berat kering suatu biji merupakan parameetr  penting kualitas sekelompok biji, karena erat hubungannya dengan besarnya hasil.
Tinggi rendahnya nilai berat kering ini tergantung pada banyak sedikitnya bahan kering yang terdapat dalam biji.
Bahan kering ini umumnya tersusun oleh tiga bahan dasar yaitu : karbohidrat, protein dan lemak yang terutama berada pada jaringan penyimpanan.
Setelah pembuahan, mula-mula berat kering ini naik perlahan-lahan, kian lama kian cepat dan mencapai maksimum pada waktu masak fisiologis yang selanjutnya menurun karena pengiriman hasil-hasil fotosintesis kepada biji (buah) dihentikan, kalau belum juga dipungut/ dipanen berat kering ini akan turun sebesar 15 – 25 %.
Turunnya berat kering ini disebabkan oleh :
v  Proses respirasi
v  Pengiriman fotosintat berhenti.
Penundaan panen yang lama pada keadaan cuaca jelek dapat menurunkan berat kering sehingga menyebabkan turunnya hasil (yield).
Mengingat fenomena yang demikian disarankan agar pemanenan dilakukan pada waktu berat kering maksimum, yaitu segera setelah masak fisiologis tercapai, jadi panenlah seawal mungkin.
Periode setelah masak fisiologis dicapai sampai waktu panen disebut periode sesudah masak (post maturity periode), yang disebut juga masa pra panen (pre harvest period). Membiarkan biji terlalu lama di lapangan akan menyebabkan biji mengalami kerusakan lebih cepat, karena lapangan (sawah/kebun) bukanlah tempat penyimpanan yang baik. Kondisi lingkungan di sawah/kebun tidak dapat dikuasai terutama suhu dan kelembaban udaranya.
1.      Daya kecambah biji (Seed Viability) dan Daya  tumbuh biji (seed vigor)
Daya kecambah biji erat hubungannya dengan pemasakan biji. Pada keadaan sehari-hari perkecambahan biji adalah suatu peristiwa pengaktifan kembali proses pertumbuhan lembaga (embryo) didalam biji yang terhenti untuk membentuk bibit (tanaman baru) yang terjadi sesudah panen. Jadi disangka biji akan bisa berkecambah setelah biji tersebut masak. Hasil penelitian yang mendalam menunjukkan bahwa biji dapat berkecambah jauh sebelum tercapai kemasakan fisiologis.
Upaya mendapatkan biji dengan viability dan vigor yang tinggi dapat dicapai dengan pemanenan biji untuk benih jangan terlambat (terlalu lambat). Lakukan panenan pada saat “maximum vigor” dan “maximum dry weight”, untuk memperoleh benih dengan kualitas tinggi baik dalam arti botanis-agronomis maupun ekonomis. Vigor dan viability lebih cepat turun dibandingkan turunnya berat kering biji.
Masak fisiologis (Physiological maturity)
Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sampai I.k 20 % maka biji mencapai masak fisiologis atau masak fungsional (functional maturity). Setelah masak fisiologis ini terjadi translokasi fotosintat yang akan disimpan kedalam biji (buah), sehingga tidak bertambah besar atau mencapai ukuran besar maksimum.
Disamping itu pada saat masak fisiologis biji mempunyai berat kering maksimum (maximum dry weight), daya tumbuh maksimum (maximum vigor) dan daya kecambah maksimum (maximum viability).
Mutu biji tertinggi (maximum seed quality) juga diperoleh pada saat masak fisiologis, untuk ini  dianjurkan untuk melakukan panenan pada saat masak fisiologis. Menunda panenan jauh sesudah masak fisiologis menimbulkan banyak akibat negatif.
Hal lain yang sering dijumpai pada pemasakan biji/buah (terutama pada padi-padian dan kapas)  ialah tidak  sama masaknya biji atau buah tersebut, walaupun terletak pada satu pohon.
Pada tanaman kapas, biji/buah yang terletak pada ranting sebelah atas pada pohon akan masak lebih dahulu daripada biji/buah yang terletak pada ranting sebelah bawah.
Tidak serentaknya waktu masak biji/buah ini menimbulkan kesulitan bagi petani untuk menetapkan waktu panen. Hal ini akan tampak lebih sulit bila pemanenan dilakukan dengan mesin panen, mesin panen tersebut tidak dapat membedakan biji atau buah yang sudah masak. Panenan dengan tangan lebih baik karena dapat selektif, tetapi membutuhkan waktu lebih lama.
Diketahui bahwa biji bisa berkecambah pada umur beberapa hari sesudah pembuahan.
Pada beberapa tanaman serealia biji dapat berkecambah pada umur 10 – 12 hari sesudah pembuahan sudah tentu Tetapi bila bibit atau tanaman yang berasal dari biji yang sangat muda ini lemah, karena :
  1. Berat kering biji rendah, 2. Biji masih kecil, 3. Secara fisiologis biji belum masak, 4. Jaringan penunjang tidak tumbuh dengan baik.
Daya kecambah (viability or germinability) ini makin meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai “maximum germination” jauh sebelum masak fisiologis atau berat kering maksimum tercapai.
Sampai masak fisiologis tercapai “maximum germination” (100 %) ini konstan, tetapi sesudah itu akan menurun dengan kecepatan yang keadaan jelek lapangan.
Makin jelek keadaan lapangan makin cepat viabilitas biji turun.
Pengertian
q  Benih hidup yang tdak dapat berkecambah tidak selalu berarti bahwa benih tersebut sedang dorman
q  Benih yang tidak mampu berkecambah karena faktor lingkungan yang tidak sesuai untuk berkecambah disebut benih kusien ( quiscent seed)
q  Benih disebut dorman jika tidak mampu berkecambah, walaupun dlm lingkungan  yang sesuai untuk berkecambah yang di- sebabkan oleh satu atau lebih mekanisme fisik dan fisiologisyang terjadi di dlm benih tersebut.
q  Dormansi benih adalah : Ketidakmampuan benih berkecambah akibat hal-hal yang terdapat pada benih tsb, walaupun lingkungannya sesuai untuk berkecambah
Dormansi organik ( organic dormancy) sering digunakan untuk  menberi keterangan untuk ketidakmampuan benih berkecambah karena hal- hal yang terjadi di dalam dirinya sendiri (benih)
Istilah dormansi organik lebih tepat untuk menghindari KERANCUAN pengertian tentang dorman karena adanya intilah domansi skunder Fisik, Im-permeabilitas selaput benih (air), Kimia, Inhibitor perikarp, Mekanis halangan, mekanis selaput benih, Morphologis Embrio yang belum berkembang Fisiologis Hambatan fisiologis impermiabilitas selaput benih (gas) dan aktifitas embrio lemah Morphofisologis Kombinasi antara embrio belum berkembang dan mekanisme hambatan fisiologis Yaitu benih yang tidak mampu berkecambah karena satu faktor lingkungan saja yang tidak sesuai,

maka ketidakmampuan berkecambah itu terjadi secara “ dipaksakan “ dan benih mengalami dormansi terpaksa (im-posed dormancy) Yaitu benih yang tidak mampu berkecambah karena satu faktor lingkungan saja yang tidak sesuai, maka ketidakmampuan berkecambah itu terjadi secara “ dipaksakan “ dan benih mengalami dormansi terpaksa (im-posed dormancy) Antara lain : 1. Sakarifikasi mekanis menipiskan kulit benih ( testa) amril gosok, 2. Sakarifikasi kimia mendegradasi testa dengan asam sulfat, pelarut organik (alkohol)
Hal-hal yang perlu dipahami untuk mengetahui lebih jelas mengenai pembentukan biji dan buah adalah :
1.Struktur bunga, 2. Penyerbukan bunga (pollination), 3. Pembuahan (fertilization), 4. OvuleEmbrio, 5. Endosperm
Pembentukan gamet jantan dan gamet betina.
1.Tangkai bunga (Pedicellus). 2.Dasar bunga (receptaculum), 3.Kelopak ( sepal / kalyx),4.Tajuk, (mahkota) bunga (petal /corolla), 5.Alat kelamin
a.jantan (androecium) = benang sari (stamen) dan b.betina (gynaecium) =putik (pistillum) bakal buah /ovule.
1.Tangkai bunga (Pedicellus), 2.Dasar bunga (receptaculum, 3.Kelopak ( sepal / kalyx), 4.Tajuk (mahkota) bunga (petal /corolla), 5.Alat kelamin :
a.jantan (androecium) =benang sari (stamen), b.betina (gynaecium) =putik (pistillum) bakal buah /ovule
Pada saat bunga mengalami pembungaan (anthesis) terjadi penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan selanjutnya bakal buah tumbuh menjadi buah dan bakal biji tumbuh menjadi biji.
Bagi tumbuhan berbiji (spermatophyta) biji ini merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan baru (lembaga)
Semula biji itu duduk pada suatu tangkai yang keluar dari papan biji atau tembuni (placenta). Tangkai pendukung biji itu disebut tali pusat  (funiculus). Bagian dari biji tempat peletakan tali pusat disebut pusat biji (hilus), jika biji sudah masak biasanya tali pusatnya putus, sehingga biji terlepas dari papan bijinya. Bekas tali pusat/pusat biji umumnya nampak jelas.
Tali pusat pada biji ada kalanya ikut tumbuh, berubah sifat merupakan selubung atau selaput biji (arillus). Bagian ini ada yang merupakan selubung yang sempurna, ada kalanya hanya menyelubungi sebagian saja.
Calon tanaman baru yang nantinya akan tumbuh menjadi tanaman baru, setelah biji mendapatkan syarat-syarat yang diperlukan lembaga di dalam biji telah memperlihatkan ketiga bagian utama yaitu : 1. Akar lembaga/calon akar (Radicula), 2. Daun lembaga/pucuk lembaga (cotyledon), 3. Batang lembaga (Cauliculus), 4. Batang lembaga beserta calon – calon daun merupakan bagian lembaga yang dinamakan pucuk lembaga (Plumula).
Ovule adalah nucellus yang dibungkus oleh integuments atau suatu struktur di dalam ovary yang sesudah pembuahan berubah menjadi biji, selanjutnya ovary berkembang menjadi buah.
Embrio ditinjau dari segi Botani embryo tidak lain adalah suatu tumbuhan kecil (miniature plant). Secara kronologis, setelah selesai pembuahan, maka sel telur berubah menjadi zygote yang diploid.
Melalui pembelahan sel zygote ini menjadi pro embryo dan seterusnya menjadi embryo matang yang diploid. Dalam keadaan normal embryo muda pada Angiospermae terdiri dari 2 bagian pokok yaitu embryo properr dan suspensor.
Setelah selesai syngamy, zygote mengalami masa istirahat yang lama berbeda-beda untuk masing-masing species.
Jika penyerbukan pada bunga telah terjadi dan kemudian diikuti oleh pembuahan, maka bakal buah akan tumbuh menjadi buah, dan bakal biji yang terdapat  didalam bakal buah akan tumbuh menjadi biji.
Tidak semua bagian bunga ikut tumbuh menjadi bagian buah, umumnya kecuali bakal buah, bagian-bagian lain itu layu dan gugur. Memang ada perkecualian dalam hal ini.
Misal :
Jagung : daun pelindung/klobot, tangkai, putik    : rambut, Terong : daun kelopak, Jambu  : daun kelopak, tangkai putik, Manggis : kepala putik.
Kecuali bakal buahnya sendiri seringkali terjadi, bahwa ada bagian bunga ikut mengambil bagian dalam pembentukan buah, bahkan seringkali merupakan bagian yang penting dari buah. Buah demikian disebut buah semu (fructus spurius).
Perkecambahan (Ing. germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji.
Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji melunak.
Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat. Berdasarkan kajian ekspresi gen pada tumbuhan model Arabidopsis thaliana diketahui bahwa pada perkecambahan lokus-lokus yang mengatur pemasakan embrio, seperti ABSCISIC ACID INSENSITIVE 3 (ABI3), FUSCA 3 (FUS3), dan LEAFY COTYLEDON 1 (LEC1) menurun perannya (downregulated) dan sebaliknya lokus-lokus yang mendorong perkecambahan meningkat perannya (upregulated), seperti GIBBERELIC ACID 1 (GA1), GA2, GA3, GAI, ERA1, PKL, SPY, dan SLY.
Diketahui pula bahwa dalam proses perkecambahan yang normal sekelompok faktor transkripsi yang mengatur auksin (disebut Auxin Response Factors, ARFs) diredam oleh miRNA.[1]
Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalamyang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah.
Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal.
Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif ttp posisinya. Cntoh tipe ini trjdi pd kacang kapri n jagung.
Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah.
Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak.
Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk memperkirakan kedalaman tanam
Perkecambahan Epigeal
Pada perkecambahan tipe ini kotiledon terangkat ke atas tanah, kemu dian memasok bahan makanan untuk mendukung titik tumbuh. Selama perkembangan akar hipokotil mulai memanjang berupa lengkungan dan menembus tanah, menarik kotiledon dan plumula yang masih tertutup (epikotil) melalui tanah dan mengarahkannya ke udara. Kemudian kotiledonterbuka, plumula tumbuh terus dan kotiledon menua dan gugur ke tanah. Pada perkecambahan tipe ini kotiledon /organ penyimpanan makanan tetap tinggal di dalam tanah, semen- tara plumula mendorong tanah ke atas tanah. Dalamperkecambah
an hipogeal,epikotil ( plumula ) yang memanjang, bukan hipokotil seperti
Perkecambahan epigeal Dikelompokkan menjadi dua hal :
  1. Faktor utama yang menjadi persyaratan terjadinya perkecambahan
  2. Faktor yang merangsang terjadinyaperkecambahan
  3. Berlangsung tidaknya perkecambahan benih  ditentukan oleh faktor benihnya sendiri yaitu sifat genetis dan kemasakan benih serta  faktor lingkungan yaitu (1) air, (2) oksigen, (3) suhu dan (4) cahaya.
  4. Faktor-faktor dalam benih dan lingkungan berinterakasi dalam menentukan perkecambahan benih yang terwujud dalam proporsi ( persentase ) dan kecepatan (persen/waktu) perkecambahan.
Genetis
Terdapat perbedaan tanggap antar spesies dan varietas terhadap faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan benih. Perbedaan tanggap ini berkaitan dengan ada tidaknya sifat dormansi pada benih tersebut.
Kemasakan benih
Kebanyakan benih benih kecuali yang dorman, dapat berkecambah walaupun masih muda, namun sejak umur beberapa hari setelah pembentukan (pembuahan) benih sudah dapat berkecambah dan dapat berbeda-beda tergantung spesies atau verietasnya.
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjat, 1993).
Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih.

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih.
Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan lingkungan (Kamil, 1979).
Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah presentase  perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan.
Penilaiaan dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan kecambah lainnya sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati (Sutopo, 2002).
Program Perbenihan : pengadaan, penyaluran (Benih varietas unggul bermutu)
TUJUAN
1. Agar tersedia benih varietas unggul bermutu untuk petani pelaksana : a. Intensifikasi, b. Ekstensifikasi, c. Diversifikasi,dan Rehabilitasi
2. Untuk mengetahui kebutuhan benih masing masing kelas benih setiap musim benih sebar  : es / BR label biru es / BR1 – BR4.
label hijau (khusus untuk palawija
benih berlabel merah jambu
benih sumber :
benih penjenis  :  BS label putih/kuning
benih dasar       :  FS/BO         label putih
benih pokok      :  SS/BP         label ungu
Meletakan dasar - dasar untuk mengembangkan serta meningkatkan perbenihan jangka panjang.
Pembentukan lembaga perbenihan Organisasi Tata kerja Penetapan peraturan Standar mutu benih Teknologi benih Meningkatkan usaha Pengadaan benih bermutu Penyaluran benih bermutu Kedua hal tersebut diatas sejalan dengan peningkatan : Intensifikasi-Ekstensifikasi Diversifikasi/Rehabilitasi Mengembangkan usaha swasta Produksi ,Pengolahan,Penyimpanan,Pemasaran Kebutuhan Benih potensial Jumlah benih yang dibutuhkan berdasarkan luas areal yang akan ditanami kali penggunaan benih per hektar. Kebutuhan benih prosfektif Perkiraan kebutuhan benih yang kemungkinan dibutuhkan dan dibeli petani Padi : 1/3 dari seluruh areal intensifikasi Palawija : 1/5 dari seluruh areal intensifikasi Sayur : 1/10 dari seluruh areal intensifikai Kebutuhan benih yang benar-benar diminta oleh petani (kebutuhan definitif) Tanaman  menyerbuk sendiri seperti padi, gandum, kacang-kacangan, dapat diperbanyak benihnya dari generasi ke generasi berikutnya  tanpa perubahan sifat genetik. Yang penting diperhatikan adalah kemurnian varietas.
Tanaman menyerbuk bebas / silang seperti jagung, kapas, sorgum, mudah menyerbuk silang secara alami. Yang penting diperhatikan kemungkinan terjadi penyerbukan silang liar.
Tanaman membiak vegetatif seperti tebu, ketela pohon, ketela rambat, kentang, kemurnian klon yang dilepas sebagai varietas harus dipertahankan oleh institusi pemulianya
PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN
Suatu metoda yang secara sistemik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi manusia.
Jadi diperlukan :
Keragaman genetikSistem-sistem yang logis dalam pemindahan dan fiksasi gen. Konsepsi dan tujuan/sasaran yang jelas Mekanisme penyebarluasan hasilnya kepada masyarakat
PEMULIAAN TANAMAN  DASAR  UTAMA PRODUKSI BENIH
Tujuan utama pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas yang lebih baik. Misalnya melalui cara hybridisasi.

Produksi benih dan praktek menyelamatkan benih sejak dipungut sampai ditanam kembali pada musim berikutnya sekarang sudah berkembang menjadi teknologi khusus yang disebut tehnologi benih.
 TEKNOLOGI BENIH :
1.  Prosesing benih, 2. Mmembersihkan benih, memilahkan,  perlakuan benih, 3. Menguji kualitas benih, 4.   Menyimpan dan mengemas, 5. Sertifikasi benih, 6. Pemasaran benih, 7. Perundangan/pengaturan benih dan pelaksanaannya.
Disamping tindakan-tindakan yang sudah disebut, pada jenis-jenis benih tertentu sering dilakukan sejumlah tindakan-tindakan yang bertujuan untuk : 1. Meningkatkan daya tumbuh dan vigor benih, 2. Memperoleh populasi yang lebih tinggi, 3. Memperoleh kenampakan (penampilan) yang lebih baik, 4. Memperoleh hasil yang lebih tinggi.
Tindakan – tindakan yang dimaksud antara lain : 1. Menghilangkan bulu pada benih (kapas) sebelum ditanam
Mematahkan dormancy, 2. Inokulasi benih (bakteri bintil akar), 3. Perlakuan benih
Di Indonesia dalam program peningkatan produksi pertanian dipandang perlu adanya kesatuan kebijaksanaan mengenai kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan masalah perbenihan, oleh karena itu pada tahun 1971 dibentuk BADAN BENIH NASIONAL (BBN).
Kepustakaan  AS :
Viabilitas Benih (seed viability) merupakan sinonim dari daya berkecambah (germinability), kapasitas berkecambah (germination capacity), dan perkecambahan total (total germination), yang kesemuanya merupakan "kontras" dari istilah vigor benih (Isely, 1954.1959; Steinbauer, 1958; Delouche dan Caldwell, 1960; ISTA, 1977)
Viabilitas potensial atau viabilitas optimum benih, yang merupakan "kontras" dari vigor benih, dinilai berdasarkan persen kecambah normal dalam lingkungan yang optimum.
Vigor dapat dinilai baik dalam lingkungan optimum maupun suboptimum. Viabilitas suboptimum (vigor) merupakan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman yang berproduksi normal dalam keadaan optimum atau mampu disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan tahan simpan lama dalam keadaan yang optimum). (Sadjad.2004). Vigor dapat dinilai baik dalam lingkungan optimum maupun suboptimum. Vigor benih menurut Delouche & Cadwell (1960) ditekankan pada perkecambahan benih yang cepat dan seragam
Definisi vigor benih dari Isely (1957) ditekankan pada perkecambahan normal dalam lingkungan yang suboptimum
Woodstock (1969) ditekankan pada perkecambahan yang cepat dalam lingkungan yang luas, yang dapat dinilai berdasarkan laju atau keseragaman aktivitas dan kepekaan (toleransi) terhadap cekaman (stress)Perry (1973) ditekankan pada munculnya bibit yang cepat di atas tanah, toleransi terhadap kondisi lingkungan yang luas sepanjang umur tanaman, dan hasil yang tinggi ISTA (1977) diteknkan pada kemampuan benih / bibit tumbuh menjadi tanaman normal yang berproduksi normal dalam keadaan yang suboptimum dan di atas normal dalam keadaan yang optimum atau mampu disimpan dalam simpan yang suboptimum dan tahan disimpan lama dalam kondisi optimum. pada seluruh sifat yang menentukan taraf potensi aktivitas dan kinerja benih atau kelompok benih selama perkecembahan atau muncul bibit Sadjad (1989) diteknkan pada kemampuan benih / bibit tumbuh menjadi tanaman normal yang berproduksi normal dalam keadaan yang suboptimum dan di atas normal dalam keadaan yang optimum atau mampu disimpan dalam simpan yang suboptimum dan tahan disimpan lama dalam kondisi optimum.
Status vigor benih sepanjang periode viabilitas berbeda-beda sehingga dikenal beberapa istilah berikut : vigor awal sebelum ditanam, vigor awal sebelum disimpan, dan vigor konservasi