Biji
ortdodoks atau biji rekalsitran : Biji orthodoks adalah biji yang dapat disimpan lama dengan menurunkan kadar airnya dan dalam
ruang simpan yang kering dan dingin.(Sadjad et al 1999 ) Segolongan tumbuhan
memproduksi biji yang mengikuti Rule of Thumbs yaitu jika biji
ini semakin rendah kadar airnya dan semakin rendah suhu simpannya, semakin
panjang pula potensial umurnya. Penurunan kadar air biji jenis ini menjadi sekitar 4 % dan kemudian disimpan pada suhu 0 0
C pada sealedstorage diharapkan dapat bertahan lebih lama, jenis
biji biji ini disebut benih orthodoks. Biji biji orthodoks ini ada berukuran
kecil berukuran kecil misalnya biji
sayuran, yang berukuran sedang misalnya
biji padi padian dan yang berukuran besar misalnya kacang kacangan, kapas dan
jagung.
Biji
rekalsitran yaitu biji yang tidak dapat disimpan
walaupun kadar airnya diturunkan, demikian pula kalau disimpan dalam
keadaan kering maupun dingin.( Sadjad et al 1999).
Pada jenis biji biji ini
tidak berlaku persamaan dan Rule of Thumbs.
Biji Rekalsitran
Tumbuhan yang memproduksi biji tidak menurukan
kadar airnya meskipun setelah mengalami masak fisiologis. Kadar air tetap
dipertahanakan tinggi dan justru mati bila kadar air menurun sampai tingkat
yang rawan.
Umur biji
biji
golongan rekalsitran umumnya pendek ( mikro biotik) meskipun kadar air tetap
dipertahanakan tinggi yakni beberapa minggu sampai beberapa bulan. Biji jenis
ini berasal dari tumbuhan air, tanaman buah buahan, tumbuhan pohon hutan. Biji
biji tanaman buah buahan termasuk golongan ini seperti mangga, durian, manggis,
namgka, jeruk, kakao, kopi, cengkeh,
kelapa, advokad dan lainnya.
Selain peka
dan
tidak tahan terhadap kadar airrendah, jenis biji rekalsitran peka dan tidak
tahan terhadap suhu rendah apalagi freezing inyury ( Robert 1975 dalam Yudono
1995). Beberapa penelitian jenis biji rekalsitran mengalami kerusakan
internal/ultra-struktural pada suhu chilling ( 10 - 150 C). meskipun
tidak terhadap semua jenis biji. Biji kakao, cengkeh, kampher, mangga mengalami
kerusakan pada suhu 10 – 15 0 C. Karakter rekalsitran pada dasarnya
tidak hanya pada kepekaannya terhadap kandungan air biji saja, ternyata tidak
tahan pada suhu rendah juga menjadi karakteristik biji rekalsitran.
Ekologi Biji Rekalsitran. Henelt (1977) dalam Yudono 1995 melaporkan bahwa
species tumbuhan yang menghasilkan biji rekalsitran termasuk didalamnya
tumbuhan pohon pohonan, perdu pada daerah tropis lembab, juga pohon hutan
daerah sedang dan tumbuhan yang hidup pada ekologi air. Biji rekalsitran dihasilkan oleh dua tipe tumbuhan yakni :
1. Tumbuhan air dimana
lingkungannya selalu ada genangan air dan biji yang dihasilkan tidak akan
pernah mengalami keadaan kering. 2. Tumbuhan tahunan yang
mempunyai strategi pelestarian penerusan generasi dimana biji diproduksi pada
selasng waktu yang tetap / teratur. Pada saat produksi biji likungan mempunyai
kelembaban relatif (RH) tinggi sehingga memungkinkan kelangsungan perkecambahan
baik sepanjang tahun maupun waktu tertentu dan ini hanya dapat dicapai pada
lingkungan tropis basah. Pada daerah yang mengalami musim dingin / kering biji
mengalami sedikit sifat dormansi untuk sekedar melewati musim tersebut dan
berkecambah sesudah musim dingin.
Kendala
yang yang ditemui pada jenis biji ini adalah umurnya yang pendek dan
kepekaannya terhadap penurunan kadar air biji. Percobaan simulasi untuk
mengetahui yang terjadi pada biji rekalsitran terhadap pengaruh penurunan
kandungan air menunjukan bahwa :
Penurunan
kandungan air menyebabkan terjadinya kerusakan ultrastruktural sel dan pada keadaan
ini tidak ada kemampuan sel untuk mengadakan repairing mechanism.
Pda kandungan air tetap tinnggi bila terjadi kerusakan sel mampu melaksanakan repairing
mechanism yang diperlukan. Contoh kondisi optimum dan potensial umur
biji rekalsitran sebagai berikut :
Tabel. 1. Kondisi Optimum dan Potensi Umur
Biji Rekalsitran
Nama tumbuhan
|
Potensial Umur
|
Suhu dan kandungan air
ideal
|
Media penyimpan
|
Suhu dan kandungan air
kritis
|
Mangga
|
10-13 minggu
|
20 – 23 0 C
50 % RH
|
Arang lembab
|
3 -12 0 C
Pengeringan
|
Durian
|
32 hari
|
20 0C
Lembab
|
0 0 C
21 % RH
|
|
Kopi
|
4 bulan
|
Arang Lembab
|
Kering matahari k.a
< 20%
|
|
Kakao
|
90 hari
|
Lembab
|
Ventilated
|
K.a < 19 %
|
Karet
|
3 bulan
|
Lembab
|
Serbuk gergaji
|
K.a 10 %
|
Biji rekalsitran memerlukan suhu dan kandungan air ideal 20 0 C
dan RH 50 % lembab dan berada pada kondisi kritis berbeda beda tergantung jenis tumbuhannya.
Proses proses setelah pembuahan terjadi adalah :
1.
pembentukan dan
2.
pemasakan biji, sampai buah/biji dipanen.
Biasanya biji matang bersamaan waktunya dengan masaknya buah.
Contoh :
v Beberapa varietas kedelai polong cepat
merekah (pecah) pada waktu telah masak sehingga biji terlempar keluar dan
mengakibatkan banyak biji yang hilang.
v Sebaliknya bila terlalu cepat dipanen
(belum masak) mengakibatkan biji banyak yang rusak, karena bihji masih terlalu
lunak.
Hal penting yang terjadi pada periode pemasaakan biji
adalah perubahan :
1.
Kadar
air, 2. Berat kering biji,
3. Daya kecambah biji, 4. Daya
tumbuh biji, 5. Ukuran besar biji
Berat kering biji
Berat kering suatu biji merupakan parameetr
penting kualitas sekelompok biji, karena erat hubungannya dengan
besarnya hasil.
Tinggi rendahnya nilai berat kering ini tergantung pada banyak sedikitnya
bahan kering yang terdapat dalam biji.
Bahan kering ini umumnya tersusun oleh tiga bahan
dasar yaitu : karbohidrat, protein dan lemak yang terutama berada pada jaringan
penyimpanan.
Setelah pembuahan, mula-mula berat kering ini naik perlahan-lahan, kian
lama kian cepat dan mencapai maksimum pada waktu masak fisiologis yang
selanjutnya menurun karena pengiriman hasil-hasil fotosintesis kepada biji
(buah) dihentikan, kalau belum juga dipungut/ dipanen berat kering ini akan
turun sebesar 15 – 25 %.
Turunnya berat kering
ini disebabkan oleh :
v Proses respirasi
v Pengiriman fotosintat berhenti.
Penundaan panen yang lama pada keadaan cuaca jelek dapat
menurunkan berat kering sehingga menyebabkan turunnya hasil (yield).
Mengingat fenomena yang demikian disarankan agar pemanenan dilakukan pada
waktu berat kering maksimum, yaitu segera setelah masak fisiologis tercapai,
jadi panenlah seawal mungkin.
Periode setelah masak fisiologis dicapai sampai waktu panen disebut periode
sesudah masak (post maturity periode), yang disebut juga masa pra panen (pre
harvest period). Membiarkan biji terlalu lama di lapangan akan menyebabkan biji
mengalami kerusakan lebih cepat, karena lapangan (sawah/kebun) bukanlah tempat
penyimpanan yang baik. Kondisi lingkungan di sawah/kebun tidak dapat dikuasai
terutama suhu dan kelembaban udaranya.
1. Daya kecambah biji
(Seed Viability) dan Daya tumbuh biji
(seed vigor)
Daya kecambah biji erat hubungannya dengan
pemasakan biji. Pada keadaan sehari-hari perkecambahan biji adalah suatu
peristiwa pengaktifan kembali proses pertumbuhan lembaga (embryo) didalam biji
yang terhenti untuk membentuk bibit (tanaman baru) yang terjadi sesudah panen.
Jadi disangka biji akan bisa berkecambah setelah biji tersebut masak. Hasil
penelitian yang mendalam menunjukkan bahwa biji dapat berkecambah jauh sebelum
tercapai kemasakan fisiologis.
Upaya mendapatkan biji dengan viability dan vigor
yang tinggi dapat dicapai dengan pemanenan biji untuk benih jangan terlambat
(terlalu lambat). Lakukan panenan pada saat “maximum vigor” dan “maximum dry
weight”, untuk memperoleh benih dengan kualitas tinggi baik dalam arti
botanis-agronomis maupun ekonomis. Vigor dan viability lebih cepat turun
dibandingkan turunnya berat kering biji.
Masak fisiologis (Physiological
maturity)
Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan
cepat sampai I.k 20 % maka biji mencapai masak fisiologis atau masak fungsional
(functional maturity). Setelah masak fisiologis ini terjadi translokasi
fotosintat yang akan disimpan kedalam biji (buah), sehingga tidak bertambah
besar atau mencapai ukuran besar maksimum.
Disamping itu pada
saat masak fisiologis biji mempunyai berat kering maksimum (maximum dry
weight), daya tumbuh maksimum (maximum vigor) dan daya kecambah maksimum
(maximum viability).
Mutu biji tertinggi
(maximum seed quality) juga diperoleh pada saat masak fisiologis, untuk
ini dianjurkan untuk melakukan panenan
pada saat masak fisiologis. Menunda panenan jauh sesudah masak fisiologis
menimbulkan banyak akibat negatif.
Hal lain yang sering dijumpai pada pemasakan
biji/buah (terutama pada padi-padian dan kapas)
ialah tidak sama masaknya biji
atau buah tersebut, walaupun terletak pada satu pohon.
Pada tanaman kapas,
biji/buah yang terletak pada ranting sebelah atas pada pohon akan masak lebih
dahulu daripada biji/buah yang terletak pada ranting sebelah bawah.
Tidak serentaknya waktu masak biji/buah ini
menimbulkan kesulitan bagi petani untuk menetapkan waktu panen. Hal ini akan
tampak lebih sulit bila pemanenan dilakukan dengan mesin panen, mesin panen
tersebut tidak dapat membedakan biji atau buah yang sudah masak. Panenan dengan
tangan lebih baik karena dapat selektif, tetapi membutuhkan waktu lebih lama.
Diketahui bahwa biji bisa berkecambah pada umur
beberapa hari sesudah pembuahan.
Pada beberapa tanaman serealia biji dapat
berkecambah pada umur 10 – 12 hari sesudah pembuahan sudah tentu Tetapi bila bibit atau tanaman yang berasal dari biji
yang sangat muda ini lemah, karena :
- Berat kering biji rendah, 2. Biji masih kecil, 3. Secara fisiologis biji belum masak, 4. Jaringan penunjang tidak tumbuh dengan baik.
Daya kecambah (viability or germinability) ini
makin meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai “maximum germination”
jauh sebelum masak fisiologis atau berat kering maksimum tercapai.
Sampai masak fisiologis tercapai “maximum
germination” (100 %) ini konstan, tetapi sesudah itu akan menurun dengan
kecepatan yang keadaan jelek lapangan.
Makin jelek keadaan lapangan makin cepat
viabilitas biji turun.
Pengertian
q Benih hidup yang tdak dapat berkecambah
tidak selalu berarti bahwa benih tersebut sedang dorman
q Benih yang tidak mampu berkecambah karena
faktor lingkungan yang tidak sesuai untuk berkecambah disebut benih kusien (
quiscent seed)
q Benih disebut dorman jika tidak mampu
berkecambah, walaupun dlm lingkungan
yang sesuai untuk berkecambah yang di- sebabkan oleh satu atau lebih
mekanisme fisik dan fisiologisyang terjadi di dlm benih tersebut.
q Dormansi benih adalah : Ketidakmampuan benih
berkecambah akibat hal-hal yang terdapat pada benih tsb, walaupun lingkungannya
sesuai untuk berkecambah
Dormansi organik ( organic dormancy) sering
digunakan untuk menberi keterangan untuk
ketidakmampuan benih berkecambah karena hal- hal yang terjadi di dalam dirinya
sendiri (benih)
Istilah dormansi organik lebih tepat untuk menghindari KERANCUAN
pengertian tentang dorman karena adanya intilah domansi skunder Fisik, Im-permeabilitas selaput benih (air), Kimia, Inhibitor perikarp,
Mekanis halangan, mekanis selaput benih, Morphologis Embrio yang belum
berkembang Fisiologis Hambatan fisiologis impermiabilitas selaput benih (gas) dan aktifitas embrio lemah Morphofisologis Kombinasi antara
embrio belum berkembang dan mekanisme hambatan fisiologis Yaitu benih yang tidak mampu berkecambah karena
satu faktor lingkungan saja yang tidak sesuai,
maka ketidakmampuan berkecambah itu terjadi secara “ dipaksakan “ dan benih
mengalami dormansi terpaksa (im-posed
dormancy) Yaitu benih yang
tidak mampu berkecambah karena satu faktor lingkungan saja yang tidak sesuai,
maka ketidakmampuan berkecambah itu terjadi secara “ dipaksakan “ dan benih
mengalami dormansi terpaksa (im-posed dormancy) Antara lain : 1.
Sakarifikasi mekanis menipiskan
kulit benih ( testa) amril gosok, 2.
Sakarifikasi kimia mendegradasi testa dengan asam sulfat, pelarut organik
(alkohol)
Hal-hal yang perlu dipahami untuk mengetahui lebih
jelas mengenai pembentukan biji dan buah adalah :
1.Struktur bunga, 2. Penyerbukan
bunga (pollination), 3. Pembuahan
(fertilization), 4. OvuleEmbrio, 5. Endosperm
Pembentukan gamet jantan dan gamet betina.
1.Tangkai bunga (Pedicellus). 2.Dasar bunga (receptaculum), 3.Kelopak ( sepal / kalyx),4.Tajuk, (mahkota) bunga (petal /corolla), 5.Alat kelamin
a.jantan (androecium) = benang sari (stamen) dan b.betina (gynaecium) =putik (pistillum) bakal buah /ovule.
1.Tangkai bunga (Pedicellus), 2.Dasar bunga (receptaculum, 3.Kelopak ( sepal / kalyx), 4.Tajuk (mahkota) bunga (petal /corolla), 5.Alat kelamin :
a.jantan (androecium) =benang sari
(stamen), b.betina (gynaecium)
=putik (pistillum) bakal buah /ovule
Pada saat bunga mengalami pembungaan (anthesis) terjadi penyerbukan
yang diikuti dengan pembuahan selanjutnya bakal buah tumbuh menjadi buah dan
bakal biji tumbuh menjadi biji.
Bagi tumbuhan berbiji (spermatophyta) biji ini merupakan alat
perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan baru
(lembaga)
Semula biji itu duduk pada suatu tangkai yang keluar dari
papan biji atau tembuni (placenta). Tangkai pendukung biji itu disebut tali
pusat (funiculus). Bagian dari
biji tempat peletakan tali pusat disebut pusat biji (hilus), jika biji
sudah masak biasanya tali pusatnya putus, sehingga biji terlepas dari papan
bijinya. Bekas tali pusat/pusat biji umumnya nampak jelas.
Tali pusat pada biji ada kalanya ikut tumbuh, berubah sifat merupakan
selubung atau selaput biji (arillus). Bagian ini ada yang merupakan
selubung yang sempurna, ada kalanya hanya menyelubungi sebagian saja.
Calon tanaman baru yang nantinya akan
tumbuh menjadi tanaman baru, setelah biji mendapatkan syarat-syarat yang
diperlukan lembaga di dalam biji telah memperlihatkan ketiga bagian utama yaitu : 1. Akar lembaga/calon akar (Radicula),
2. Daun lembaga/pucuk lembaga (cotyledon),
3. Batang lembaga (Cauliculus),
4. Batang lembaga beserta calon
– calon daun merupakan bagian lembaga yang dinamakan pucuk lembaga (Plumula).
Ovule adalah nucellus yang dibungkus
oleh integuments atau suatu struktur di dalam ovary yang sesudah pembuahan
berubah menjadi biji, selanjutnya ovary berkembang menjadi buah.
Embrio ditinjau dari segi Botani embryo
tidak lain adalah suatu tumbuhan kecil (miniature plant). Secara
kronologis, setelah selesai pembuahan, maka sel telur berubah menjadi zygote
yang diploid.
Melalui pembelahan sel zygote ini menjadi
pro embryo dan seterusnya menjadi embryo matang yang diploid. Dalam keadaan
normal embryo muda pada Angiospermae terdiri dari 2 bagian pokok yaitu embryo
properr dan suspensor.
Setelah selesai syngamy, zygote mengalami masa
istirahat yang lama berbeda-beda untuk masing-masing species.
Jika penyerbukan pada bunga telah terjadi dan kemudian diikuti
oleh pembuahan, maka bakal buah akan tumbuh menjadi buah, dan bakal biji yang
terdapat didalam bakal buah akan tumbuh
menjadi biji.
Tidak semua bagian bunga ikut tumbuh menjadi bagian buah, umumnya kecuali
bakal buah, bagian-bagian lain itu layu dan gugur. Memang ada perkecualian
dalam hal ini.
Misal :
Jagung : daun pelindung/klobot, tangkai, putik :
rambut, Terong : daun
kelopak, Jambu : daun kelopak, tangkai putik,
Manggis : kepala putik.
Kecuali bakal buahnya sendiri
seringkali terjadi, bahwa ada bagian bunga ikut mengambil bagian dalam
pembentukan buah, bahkan seringkali merupakan bagian yang penting dari buah.
Buah demikian disebut buah semu (fructus spurius).
Perkecambahan (Ing. germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu
tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji.
Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi
dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang
menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari
lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan
yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi
(berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan
sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang
terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji
melunak.
Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah
enzim perkecambahan awal.
Fitohormon
asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat. Berdasarkan kajian
ekspresi gen pada tumbuhan model Arabidopsis thaliana diketahui bahwa pada
perkecambahan lokus-lokus yang mengatur pemasakan embrio, seperti ABSCISIC ACID
INSENSITIVE 3 (ABI3), FUSCA 3 (FUS3), dan LEAFY COTYLEDON 1 (LEC1) menurun
perannya (downregulated) dan sebaliknya lokus-lokus yang mendorong
perkecambahan meningkat perannya (upregulated), seperti GIBBERELIC ACID 1
(GA1), GA2, GA3, GAI, ERA1, PKL, SPY, dan SLY.
Diketahui pula bahwa dalam proses perkecambahan
yang normal sekelompok faktor transkripsi yang mengatur auksin (disebut Auxin
Response Factors, ARFs) diredam oleh miRNA.[1]
Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif
melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan
kulit atau cangkang biji terdesak dari dalamyang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini
diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah.
Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal
perkecambahan hipogeal dan epigeal.
Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula
keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif ttp posisinya. Cntoh
tipe ini trjdi pd kacang kapri n jagung.
Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan
plumula terdorong ke permukaan tanah.
Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak.
Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk
memperkirakan kedalaman tanam
Perkecambahan Epigeal
Pada perkecambahan tipe
ini kotiledon terangkat ke atas tanah, kemu dian memasok bahan makanan untuk
mendukung titik tumbuh. Selama
perkembangan akar hipokotil mulai memanjang berupa lengkungan dan menembus
tanah, menarik kotiledon dan plumula yang masih tertutup (epikotil) melalui
tanah dan mengarahkannya ke udara. Kemudian kotiledonterbuka, plumula tumbuh
terus dan kotiledon menua dan gugur ke tanah. Pada perkecambahan tipe ini kotiledon /organ penyimpanan
makanan tetap tinggal di dalam tanah, semen- tara plumula mendorong tanah ke
atas tanah. Dalamperkecambah
an hipogeal,epikotil ( plumula ) yang memanjang, bukan hipokotil
seperti
Perkecambahan epigeal Dikelompokkan menjadi dua hal :
- Faktor utama yang menjadi persyaratan terjadinya perkecambahan
- Faktor yang merangsang terjadinyaperkecambahan
- Berlangsung tidaknya perkecambahan benih ditentukan oleh faktor benihnya sendiri yaitu sifat genetis dan kemasakan benih serta faktor lingkungan yaitu (1) air, (2) oksigen, (3) suhu dan (4) cahaya.
- Faktor-faktor dalam benih dan lingkungan berinterakasi dalam menentukan perkecambahan benih yang terwujud dalam proporsi ( persentase ) dan kecepatan (persen/waktu) perkecambahan.
Genetis
Terdapat perbedaan
tanggap antar spesies dan varietas terhadap faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi perkecambahan benih. Perbedaan tanggap ini berkaitan dengan ada
tidaknya sifat dormansi pada benih tersebut.
Kemasakan benih
Kebanyakan benih benih kecuali yang dorman, dapat
berkecambah walaupun masih muda, namun sejak umur beberapa hari setelah
pembentukan (pembuahan) benih sudah dapat berkecambah dan dapat berbeda-beda
tergantung spesies atau verietasnya.
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya
kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih
(Sadjat, 1993).
Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk
tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya
kecambah benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih.
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas
benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks
dari viabilitas benih.
Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai
perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum tercapainya
berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas maksimum
(100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan
lingkungan (Kamil, 1979).
Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan
adalah presentase perkecambahan yang
cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat dalam hal ini mencerminkan kekuatan
tumbuh yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan.
Penilaiaan dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan
kecambah lainnya sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati (Sutopo,
2002).
Program Perbenihan : pengadaan, penyaluran (Benih varietas unggul bermutu)
TUJUAN
1. Agar tersedia benih varietas unggul
bermutu untuk petani pelaksana :
a. Intensifikasi, b. Ekstensifikasi, c. Diversifikasi,dan Rehabilitasi
2. Untuk mengetahui kebutuhan benih masing
masing kelas benih setiap musim benih sebar : es / BR label biru es / BR1 – BR4.
label hijau (khusus untuk palawija
benih berlabel merah jambu
benih sumber :
benih penjenis : BS label putih/kuning
benih dasar : FS/BO label
putih
benih pokok : SS/BP label
ungu
Meletakan dasar - dasar untuk mengembangkan serta
meningkatkan perbenihan jangka panjang.
Pembentukan lembaga perbenihan Organisasi Tata kerja Penetapan peraturan Standar mutu benih Teknologi benih Meningkatkan usaha Pengadaan benih bermutu Penyaluran benih bermutu Kedua hal tersebut diatas sejalan dengan
peningkatan : Intensifikasi-Ekstensifikasi Diversifikasi/Rehabilitasi Mengembangkan usaha swasta Produksi
,Pengolahan,Penyimpanan,Pemasaran Kebutuhan Benih potensial Jumlah benih yang dibutuhkan berdasarkan luas areal yang akan ditanami
kali penggunaan benih per hektar. Kebutuhan benih prosfektif Perkiraan kebutuhan
benih yang kemungkinan dibutuhkan dan dibeli petani Padi : 1/3 dari
seluruh areal intensifikasi Palawija : 1/5 dari seluruh areal intensifikasi Sayur : 1/10 dari seluruh areal intensifikai Kebutuhan benih yang benar-benar diminta oleh
petani (kebutuhan definitif) Tanaman
menyerbuk sendiri seperti padi, gandum, kacang-kacangan, dapat
diperbanyak benihnya dari generasi ke generasi berikutnya tanpa perubahan sifat genetik. Yang penting
diperhatikan adalah kemurnian varietas.
Tanaman menyerbuk bebas / silang seperti jagung, kapas,
sorgum, mudah menyerbuk silang secara alami. Yang penting diperhatikan
kemungkinan terjadi penyerbukan silang liar.
Tanaman membiak vegetatif seperti tebu, ketela pohon, ketela rambat,
kentang, kemurnian klon yang dilepas sebagai varietas harus dipertahankan oleh
institusi pemulianya
PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN
Suatu metoda yang secara sistemik
merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi manusia.
Jadi diperlukan :
Keragaman genetikSistem-sistem yang logis dalam
pemindahan dan fiksasi gen. Konsepsi dan tujuan/sasaran yang jelas Mekanisme penyebarluasan
hasilnya kepada masyarakat
PEMULIAAN TANAMAN
DASAR UTAMA PRODUKSI BENIH
Tujuan utama pemuliaan tanaman untuk
mendapatkan varietas yang
lebih baik. Misalnya melalui
cara hybridisasi.
Produksi benih dan praktek menyelamatkan benih sejak dipungut sampai
ditanam kembali pada musim berikutnya sekarang sudah berkembang menjadi
teknologi khusus yang disebut tehnologi benih.
TEKNOLOGI BENIH :
1. Prosesing benih, 2. Mmembersihkan benih, memilahkan, perlakuan
benih, 3. Menguji kualitas benih, 4. Menyimpan
dan mengemas, 5. Sertifikasi
benih, 6. Pemasaran benih, 7. Perundangan/pengaturan benih dan pelaksanaannya.
Disamping tindakan-tindakan yang sudah
disebut, pada jenis-jenis benih tertentu sering dilakukan sejumlah
tindakan-tindakan yang bertujuan untuk : 1. Meningkatkan daya tumbuh dan vigor benih, 2. Memperoleh populasi yang lebih tinggi, 3. Memperoleh kenampakan (penampilan) yang lebih baik, 4. Memperoleh hasil yang lebih tinggi.
Tindakan – tindakan yang dimaksud antara
lain : 1. Menghilangkan bulu pada
benih (kapas) sebelum ditanam
Mematahkan dormancy, 2. Inokulasi benih (bakteri bintil akar), 3. Perlakuan benih
Di Indonesia dalam program peningkatan produksi pertanian dipandang perlu
adanya kesatuan kebijaksanaan mengenai kegiatan – kegiatan yang berhubungan
dengan masalah perbenihan, oleh karena itu pada tahun 1971 dibentuk BADAN BENIH
NASIONAL (BBN).
Kepustakaan AS :
Viabilitas Benih (seed viability) merupakan sinonim dari daya
berkecambah (germinability), kapasitas berkecambah (germination
capacity), dan perkecambahan total (total germination),
yang kesemuanya merupakan "kontras" dari istilah vigor benih (Isely,
1954.1959; Steinbauer, 1958; Delouche dan Caldwell, 1960; ISTA, 1977)
Viabilitas potensial atau
viabilitas optimum benih,
yang merupakan "kontras" dari vigor benih, dinilai berdasarkan persen
kecambah normal dalam lingkungan yang optimum.
Vigor dapat dinilai baik dalam lingkungan optimum maupun suboptimum. Viabilitas
suboptimum (vigor) merupakan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman yang
berproduksi normal dalam keadaan optimum atau mampu disimpan dalam kondisi
simpan yang suboptimum dan tahan simpan lama dalam keadaan yang optimum).
(Sadjad.2004). Vigor dapat dinilai baik dalam lingkungan optimum maupun suboptimum. Vigor benih menurut Delouche & Cadwell (1960)
ditekankan pada perkecambahan benih yang cepat dan seragam
Definisi vigor benih dari Isely (1957) ditekankan pada perkecambahan normal
dalam lingkungan yang suboptimum
Woodstock (1969) ditekankan pada perkecambahan yang cepat dalam lingkungan
yang luas, yang dapat dinilai
berdasarkan laju atau keseragaman aktivitas dan kepekaan (toleransi)
terhadap cekaman (stress)Perry (1973) ditekankan pada munculnya bibit yang
cepat di atas tanah, toleransi terhadap kondisi lingkungan yang luas sepanjang
umur tanaman, dan hasil yang tinggi ISTA (1977) diteknkan
pada kemampuan benih / bibit tumbuh menjadi tanaman normal yang berproduksi
normal dalam keadaan yang suboptimum dan di atas normal dalam keadaan yang
optimum atau mampu disimpan dalam simpan yang suboptimum dan tahan disimpan
lama dalam kondisi optimum. pada seluruh sifat yang menentukan taraf potensi
aktivitas dan kinerja benih atau kelompok benih selama perkecembahan atau
muncul bibit Sadjad (1989) diteknkan pada kemampuan benih / bibit tumbuh menjadi tanaman
normal yang berproduksi normal dalam keadaan yang suboptimum dan di atas normal
dalam keadaan yang optimum atau mampu disimpan dalam simpan yang suboptimum dan
tahan disimpan lama dalam kondisi optimum.
Status vigor benih sepanjang periode viabilitas berbeda-beda
sehingga dikenal beberapa istilah berikut : vigor awal sebelum ditanam, vigor
awal sebelum disimpan, dan vigor konservasi