Selasa, 17 September 2013

PENYEMPROTAN AGEN HAYATI ( TRICHODERMA, SP ) LANGSUNG PADA LAHAN SAWAH



I.                PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

                 Indonesia merupakan Negara Pertanian, artinya pertanian sangat berperan penting dalam perekonomian nasional.  Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya jumlah penduduk dan tenaga kerja yang hidup atau bekerja disektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian.  Karena itu perekonomian Negara kita besar sekali ketergantungannya dari hasil pertanian di pedesaan (Mubyarto, 1989).  Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan pertanian nasional, dimana saat ini mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan tuntutan era reformasi.  Keragaman sektor pertanian sangat berpengaruh terhadap perikehidupan penduduk Indonesia, khususnya masyarakat pedesaan serta lapisan terbawah yang merupakan produsen sekaligus konsumen produk-produk pertanian (Dirjen Tanaman Pangan, 1996).  Dalam pencapaian produksi tanaman, fungsi perlindungan tanaman merupakan bagian terpenting dan tidak terpisahkan dalam menjaga kuantitas, kualitas dan kontinyuitas hasil produksi.  Sesuai dengan UU No. 12 Tahun 1992, Pelaksanaan perlindungan tanaman dengan sistem PHT ( Pengendalian Hama Terpadu ), dan dalam pelaksanaan pengendalian perlu mencegah pencemaran, kerusakan lingkungan serta menjaga kelestarian serangga yang merupakan musuh alami (Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura kal-Sel, 2009).
                  Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentangpupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.  Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah.
Pengembangan pertanian organik saat ini sangat didukung oleh Pemerintah berbagai program telah dilakukan untuk mengembalikan kesuburan tanah dan meningkatkan produktifitas, dengan menciptakan 5 Gerakan menuju pertanian organik, seperti :
1.     Gerakan tidak membakar Jerami
2.     Gerakan olah sampah jerami
3.     Gerakan efisiensi pupuk Kimia
4.     Gerakan Bijak Pestisida
5.     Gerakan produk sehat

                 Ajakan menuju pertanian organic dari kelima gerakan diatas perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak untuk menciptakan kemandirian dan kesejahteraan petani dan pertanian dengan budidaya pertanian yang sehat, ramah  lingkungan dan berkesinambungan menjaga kelestarian industri pertanian dalam     jangka panjang (sinar tani Edisi 19-25 Oktober 2011).



B.      Masalah

                 Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah sebagai berikut :
1.     Tidak adanya inisiatif dari petani untuk memanfaatkan jerami sebagai bahan untuk membuat pupuk organic
2.     Harga pupuk kimia yang semakin mahal
3.     Berubahnya struktur dan tekstur tanah, serta tanah menjadi sakit karena pemakaian pupuk anorganik yang berlebih.
4.     Kurangnya pengetahuan tentang manfaat trichoderma dan cara aplikasinya

C.      Tujuan

                 Berdasarkan permasalahan yang ada pada petani pada saat ini maka tujuannya adalah sebagai berikut :
1.       Petani dapat mengetahui dan mengerti akan manfaat dari pupuk organik.
2.       Petani mau memanfaatkan jerami sebagai bahan utama pada pembuatan pupuk organic dan dapat menyediakan pupuk untuk kebutuhan sendiri.
3.       Petani mampu menekan biaya produksi dengan cara meminimalisir penggunaan pupuk anorganik.
4.       Mengembalikan kesuburan tanah
5.       Untuk mengetahui manfaat dari trichoderma
6.       Agar petani tahu cara mengaplikasikan agens hayati (trichoderma) pada tanaman padi

II.              TINJAUAN PUSTAKA

                        Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang                     sangat menentukan lajunya pertumbuhan, perkembangan dari produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang cukup di dalam tanah. Diantaranya 105 unsur yang ada di atas permukaan bumi, ternyata baru 16 unsur yang mutlak diperlukan oleh suatu tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus hidupnya dengan sempurna.  Ke-16 unsur tersebut terdiri dari 9 unsur makro dan 7 unsur mikro.   9 unsur makro dan 7 unsur mikro inilah yang disebut sebagai unsur -unsur esensial.  Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi sehingga suatu unsur dapat disebut sebagai unsur esensial:
a.      Unsur tersebut diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidup tanaman secara normal.
b.     Unsur tersebut memegang peran yang penting dalam proses biokhemis tertentu dalam tubuh tanaman dan peranannya tidak dapat digantikan atau disubtitusi secara keseluruhan oleh unsur lain.
c.      Peranan dari unsur tersebut dalam proses biokimia tanaman adalah secara langsung dan bukan secara tidak langsung.

                  Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber kehidupan tanaman yaitu air, udara dan unsur hara. Tembaga (Cu), seng (Zn),  besi (Fe) dan  mangan (Mn) merupakan beberapa contoh unsur hara mikro yang esensial bagi tanaman  karena walaupun diperlukan dalam jumlah relatif sedikit tetapi sangat besar peranannya dalam metabolisme di dalam tanaman (Ginta, 2005).

            Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primer dan sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan O diperoleh dari air dan udara.   Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman antara lain adalah total pasokan hara,kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah (Sirappa, 2002)

            Sebaliknya tanaman memberikan masukan bahan organik melalui serasah yang tertimbun di permukaan tanah berupa daun dan ranting serta cabang yang rontok. Bagian akar tanaman memberikan masukan bahan organik melalui akar-akar dan tudung akar yang mati serta dari eksudasi akar (Widjaja, 1996)

            Jerami padi adalah limbah pertanian yang potensial untuk dijadikan kompos (pupuk organic) dengan menggunakan agens hayati “ Trichoderma “ sebagai bahan tambahan untuk mempercepat proses pelapukan.  Selain itu ada bermacam-macam manfaat dari trichoderma sp, seperti mencegah serangan penyakit tanaman yang ditularkan melalui tanah, menggemburkan dan memperbaiki struktur tanah serta menguraikan unsur hara yang terikat dalam tanah.  Dengan adanya manfaat tersebut maka penggunaan trichoderma berdampak pada :
1.     Membantu ketersediaan hara dalam tanah
2.     Meningkatkan kualitas hasil
3.     Meningkatkan produksi padi 1-2 Ton/Ha
4.     Biaya produksi lebih rendah dibandingkan menggunakan pupuk kimia/anorganik  ramah lingkungan, mengurangi ancaman kekeringan dan petani dapat menyediakan pupuk sendiri. (Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura kal-Sel, 2009).

                        Jerami padi dapat mengurangi penggunaan pupuk Urea = 20 kg/ha, KCl = 50 kg/ha.
Kandungan hara berbagai jenis bahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas tanaman adalah sebagai berikut :

Jenis bahan organik
Kandungan hara (%)
C-Org
N
P
K
Ca
Mg
C/N
Kotoran sapi
10,08
0,92
0,23
1,03
0,38
0,38
10,98
Kotoran ayam
22,39
1,99
1,57
2,49
2,44
0,96
11,25
Jerami padi
49,41
1,21
0,16
1,26
0,44
0,12
40,83
Kompos jerami padi
30,58
1,15
0,09
0,91
0,15
0,05
26,59
Sekam padi
48,14
0,36
0,18
2,38
0,10
0,03
133,72
Jerami jagung
52,58
0,84
0,16
0,99
0,34
0,12
62,59
Jerami kc. Tanah
47,01
2,37
0,21
0,77
2,18
0,09
19,84
Gliricidia sp.
52,27
3,38
0,36
2,93
1,85
0,44
15,46
Flemngia sp.
52,49
2,42
0,23
1,45
0,86
0,36
21,69
Sesbania sp.
54,16
3,50
0,33
2,75
1,44
0,32
15,47
(Sumber : Rina Dirgahayu, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kal-Sel, 2008)

III.            PEMBAHASAN

            Trichoderma ada 2 macam ada yang berbentuk cairan yang dapat disimpan dalam botol mineral atau jerigen dan dalam bentuk padat dengan media beras yang disimpan dalam kemasan plastic.  Penggunaan trichoderma pada tanaman padi ada 2 cara :

a.     Penyemprotan langsung Trichoderma sp. cair ke lahan sawah
v Untuk 1 Ha lahan sawah diperlukan minimal 4 liter trichoderma
v Setiap tanki volume 15 liter air dicampur dengan trichoderma ± 200 cc atau 1 gelas wadah air mineral, jadi dalam 1 Ha diperlukan air sebanyak 300 liter untuk 20 tanki semprot.
v Tanki semprot yang digunakan harus bersih dari bekas pestisida maupun herbisida kimia
v Waktu penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi sekitar jam 07.00 dan sore hari sekitar jam 17.00
v Untuk mendapat hasil yang terbaik maka penyemprotan dilakukan sekitar 15 – 20 hari sebelum tanam, pada jerami/gulma yang sudah di hamburkan ke lahan sawah dengan adanya penyemprotan ini maka akan mempercepat pembusukan jerami tersebut sehingga unsurhara akan tersedia bagi tanaman
v Penyemprotan bisa juga dilakukan pada tanaman fase vegetatif tapi pada saat penyemprotan harus diarahkan ke permukaan tanah jangan pada tanaman, tetapi penyemprotan seperti ini hasilnya kurang optimal.
v Apabila kita melakukan penyemprotan herbisida maka penyemprotan dengan menggunakan trichoderma harus mmempunyai interval waktu selama 2 minggu setelah penggunaan herbisida.  Karena herbisida dapat meenghambat perkembangan trichoderma didalam tanah.
v Bila ingin menggunakan trichoderma yang dalam bentuk padat maka diperlukan       sebanyak 4 Kg trichoderma yang harus dilarutkan kedalam air sebanyak 400 liter kemudian disaring dan setelah itu dimasukkan kedalam alat semprot.
v Biarkan sampai jerami atau gulma hancur terurai dan pupuk kompos tersedia pada lahan tersebut, kemudian baru ditanami (pada saat tanam tidak perlu diberikan pupuk kimia

b.     Pembuatan kompos (trichokompos)

Dalam pembuatan trichokompos bahan  yang dapat dipergunakan disamping jerami, juga bisa dicampur eceng gondok/gulma serta serbuk gergaji.  Adapun tahapan pembuatan trichokompos adalah sebagai berikut :
A.      Bahan-bahan :

-        Jerami 15 kubik ( 1 Ha jerami )
-        Pupuk kandang 15 karung
-        Trichoderma padat 4 kg atau trichoderma cair 4 liter
-        Air bersih

B.      Alat yang diperlukan :

-        Terpal, cangkul
-        Ember, sprayer dan saringan

C.      Cara pembuatan :

-        Kumpulkan jerami ditepi lahan atau pematang sawah
-        Jerami dibagi/disusun beberapa lapisan (jerami yang dicacah akan lebih cepat jadi )
-        Taburi pupuk kandang kemudian disemprot / ditaburkan biakan trichoderma  lalu diberi air secukupnya agar lembab
-        Tutup lapisan jerami dengan menggunakan terpal selama proses kelembaban selalu dijaga dengan cara diberi air.
-        Selama 12 hari tumpukan jerami dibalik, ditutup terpal lagi sekitar 20 hari trichokompos sudah jadi
-        Trichokompos yang sudah jadi, siap ditaburkan dilahan sawah sebagai pupuk organik


IV.            KESIMPULAN DAN SARAN

A.      KESIMPULAN

                 Dari pembahasan yang ada maka dapat diambil kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1.     Dengan menggunakan trichoderma maka dapat meningkatkan produksi tanaman padi ini sudah terbukti pada petak pengamatan SL-PTT dan SL-PHT yang sudah dilaksanakan di Desa Ayuang pada beberapa kelompok tani.
2.     Menggunakan trichoderma kita dapat memanfaatkan jerami yang melimpah dilahan sawah agar lebih memberi manfaat kepada lahan sawah dan dapat mengembalikan unsur hara.
3.     Dengan penggunaan trichoderma dilahan sawah maka unsure hara lengkap tersedia didalam tanah sehingga dapat menekan biaya produksi karena mengurangi pembelian pupuk anorganik.
4.     Tidak berpengaruh terhadap lingkungan(ramah lingkungan)


B.      SARAN

                 Petani harus dapat memanfaatkan limbah jerami padi setelah panen dengan cara mengembalikan ke lahan sawah atau membuat pupuk kompos dengan menggunakan trichoderma.
                 Perlu adanya dukungan dari pemerintah agar minat petani untuk menggunakan pupuk organik/pupuk kompos lebih besar dan berlomba-lomba menghasilkan beras atau pun sayuran yang organik.
      
DAFTAR PUSTAKA


Dirgahayu, Rina. 2008.  Presentasi Power Point “ Teknologi Pengolahan Pupuk Organik “, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,  Kalimantan Selatan.

Dirjen Tanaman Pangan. 1996.  Petunjuk Praktis dan Penyebaran Teknologi dan Pengembangan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, Direktorat Bina Penyuluhan Tanaman Pangan,  Jakarta.

Ginta, J. 2005. Jenis-jenis Unsur Hara Mikro Yang Dibutuhkan Oleh Tanaman. www.nasih.staff.ugm.ac.id/pnt3404/4%209417.doc.   Diakses pada tanggal 10 Mei 2010.

Lembar Informasi Teknologi Pertanian. 2009.   Trichoderma untuk Tanaman Padi, Palawija Dan Hortikultura ”, Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura, Kalimantan Selatan.

Sirappa, M. P.  2002.   Penentuan  Batas  Kritis  Dan Dosis Pemupukan N  Untuk  Tanaman Jagung  Di Lahan  Kering  Pada  Tanah  Typic  Usthorthents.   Jurnal Ilmu  Tanah dan  Lingkungan  Vol 3 (2) (2002) pp 25-37.

Sinar Tani, 2011.  “ Gerakan   Menuju  Pertanian   Organik “ ,    Sinar  Tani  Edisi  19 – 25 Oktober 2011,  Jakarta.

Widjaja-Adhi, IP.G.  1996.   Penggunaan uji tanah dan analisa daun sebagai dasar       rekomendasi pemupukan.  Dalam  Pelatihan Optimalisasi Pemupukan Proyek Pembinaan Kelembagaan Litbang Pertanian bekerjasama dengan Faperta IPB, Bogor.