I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia merupakan Negara Pertanian, artinya pertanian sangat berperan
penting dalam perekonomian nasional. Hal
ini dapat ditunjukkan dari banyaknya jumlah penduduk dan tenaga kerja yang
hidup atau bekerja disektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal
dari pertanian. Karena itu perekonomian
Negara kita besar sekali ketergantungannya dari hasil pertanian di pedesaan
(Mubyarto,
1989). Pembangunan
pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan pertanian
nasional, dimana saat ini mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan tuntutan
era reformasi. Keragaman sektor
pertanian sangat berpengaruh terhadap perikehidupan penduduk Indonesia,
khususnya masyarakat pedesaan serta lapisan terbawah yang merupakan produsen
sekaligus konsumen produk-produk pertanian (Dirjen
Tanaman Pangan, 1996). Dalam
pencapaian produksi tanaman, fungsi perlindungan tanaman merupakan bagian
terpenting dan tidak terpisahkan dalam menjaga kuantitas, kualitas dan kontinyuitas
hasil produksi. Sesuai dengan UU No. 12
Tahun 1992, Pelaksanaan perlindungan tanaman dengan sistem PHT ( Pengendalian
Hama Terpadu ), dan dalam pelaksanaan pengendalian perlu mencegah pencemaran,
kerusakan lingkungan serta menjaga kelestarian serangga yang merupakan musuh
alami (Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan
Hortikultura kal-Sel, 2009).
Pupuk
organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan
hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Permentan
No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentangpupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan
bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan
organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi
tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan
C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik itulah
yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak
masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah
tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK
Mentan adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral. Sumber
bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen
(jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah
ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota.
Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil
perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah.
Pengembangan
pertanian organik saat ini sangat didukung oleh Pemerintah berbagai program telah
dilakukan untuk mengembalikan kesuburan tanah dan meningkatkan produktifitas,
dengan menciptakan 5 Gerakan menuju pertanian organik, seperti :
1. Gerakan tidak membakar Jerami
2. Gerakan olah sampah jerami
3. Gerakan efisiensi pupuk Kimia
4. Gerakan Bijak Pestisida
5. Gerakan produk sehat
Ajakan
menuju pertanian organic dari kelima gerakan diatas perlu mendapat dukungan
dari berbagai pihak untuk menciptakan kemandirian dan kesejahteraan petani dan pertanian dengan
budidaya pertanian yang sehat,
ramah lingkungan dan
berkesinambungan menjaga kelestarian industri pertanian dalam jangka panjang (sinar tani Edisi 19-25 Oktober 2011).
B.
Masalah
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah sebagai berikut :
1. Tidak adanya inisiatif dari petani untuk memanfaatkan
jerami sebagai bahan untuk membuat pupuk organic
2. Harga pupuk kimia yang semakin mahal
3. Berubahnya struktur dan tekstur tanah, serta tanah
menjadi sakit karena pemakaian pupuk anorganik yang berlebih.
4. Kurangnya pengetahuan tentang manfaat trichoderma dan
cara aplikasinya
C.
Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang
ada pada petani pada saat ini maka tujuannya adalah sebagai berikut
:
1.
Petani dapat
mengetahui dan mengerti akan manfaat dari pupuk organik.
2.
Petani mau
memanfaatkan jerami sebagai bahan utama pada pembuatan pupuk organic dan dapat
menyediakan pupuk untuk kebutuhan sendiri.
3.
Petani mampu
menekan biaya produksi dengan cara meminimalisir penggunaan pupuk anorganik.
4.
Mengembalikan
kesuburan tanah
5.
Untuk mengetahui
manfaat dari trichoderma
6.
Agar petani tahu
cara mengaplikasikan agens hayati (trichoderma) pada tanaman padi
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan,
perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu
faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat
menentukan lajunya pertumbuhan, perkembangan dari produksi
suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang cukup di dalam tanah.
Diantaranya 105 unsur yang ada di atas
permukaan bumi, ternyata baru 16 unsur yang mutlak diperlukan oleh suatu
tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus hidupnya dengan sempurna. Ke-16 unsur
tersebut terdiri dari 9 unsur makro dan 7 unsur mikro. 9 unsur
makro dan 7 unsur mikro inilah yang disebut sebagai unsur -unsur esensial. Ada tiga
kriteria yang harus dipenuhi sehingga suatu unsur dapat disebut sebagai unsur
esensial:
a.
Unsur tersebut diperlukan untuk
menyelesaikan satu siklus hidup tanaman secara normal.
b.
Unsur tersebut memegang peran yang
penting dalam proses biokhemis tertentu dalam tubuh tanaman dan peranannya
tidak dapat digantikan atau disubtitusi secara keseluruhan oleh unsur lain.
c.
Peranan dari unsur tersebut dalam
proses biokimia tanaman adalah secara langsung dan bukan secara tidak langsung.
Tanah
merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber kehidupan tanaman
yaitu air, udara dan unsur hara. Tembaga (Cu), seng (Zn), besi (Fe)
dan mangan (Mn)
merupakan beberapa contoh unsur hara mikro yang esensial bagi tanaman karena
walaupun diperlukan dalam jumlah relatif sedikit tetapi sangat besar peranannya dalam metabolisme
di dalam tanaman (Ginta, 2005).
Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak
dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S
diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primer dan sekunder lazim
disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan tanaman dalam
jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan O diperoleh dari air dan
udara. Beberapa
faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap
tanaman antara lain adalah total pasokan hara,kelembaban tanah dan aerasi, suhu
tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah (Sirappa,
2002)
Sebaliknya tanaman memberikan masukan bahan organik
melalui serasah yang tertimbun di permukaan tanah berupa daun dan ranting serta
cabang yang rontok. Bagian akar tanaman memberikan masukan bahan organik
melalui akar-akar dan tudung akar yang mati serta dari eksudasi akar (Widjaja, 1996)
Jerami padi adalah limbah pertanian
yang potensial untuk dijadikan kompos (pupuk organic) dengan menggunakan agens
hayati “ Trichoderma “ sebagai bahan tambahan untuk mempercepat proses
pelapukan. Selain itu ada bermacam-macam
manfaat dari trichoderma sp, seperti mencegah serangan penyakit tanaman yang
ditularkan melalui tanah, menggemburkan dan memperbaiki struktur tanah serta
menguraikan unsur hara yang terikat dalam tanah. Dengan adanya manfaat tersebut maka penggunaan
trichoderma berdampak pada :
1.
Membantu
ketersediaan hara dalam tanah
2.
Meningkatkan
kualitas hasil
3.
Meningkatkan
produksi padi 1-2 Ton/Ha
4. Biaya produksi lebih rendah dibandingkan menggunakan
pupuk kimia/anorganik ramah
lingkungan, mengurangi ancaman kekeringan dan petani dapat menyediakan pupuk sendiri. (Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan
Hortikultura kal-Sel, 2009).
Jerami padi dapat
mengurangi penggunaan pupuk Urea = 20 kg/ha, KCl = 50 kg/ha.
Kandungan hara berbagai
jenis bahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas tanaman adalah sebagai berikut :
Jenis bahan organik
|
Kandungan hara (%)
|
||||||
C-Org
|
N
|
P
|
K
|
Ca
|
Mg
|
C/N
|
|
Kotoran sapi
|
10,08
|
0,92
|
0,23
|
1,03
|
0,38
|
0,38
|
10,98
|
Kotoran ayam
|
22,39
|
1,99
|
1,57
|
2,49
|
2,44
|
0,96
|
11,25
|
Jerami padi
|
49,41
|
1,21
|
0,16
|
1,26
|
0,44
|
0,12
|
40,83
|
Kompos jerami padi
|
30,58
|
1,15
|
0,09
|
0,91
|
0,15
|
0,05
|
26,59
|
Sekam padi
|
48,14
|
0,36
|
0,18
|
2,38
|
0,10
|
0,03
|
133,72
|
Jerami jagung
|
52,58
|
0,84
|
0,16
|
0,99
|
0,34
|
0,12
|
62,59
|
Jerami kc. Tanah
|
47,01
|
2,37
|
0,21
|
0,77
|
2,18
|
0,09
|
19,84
|
Gliricidia sp.
|
52,27
|
3,38
|
0,36
|
2,93
|
1,85
|
0,44
|
15,46
|
Flemngia sp.
|
52,49
|
2,42
|
0,23
|
1,45
|
0,86
|
0,36
|
21,69
|
Sesbania sp.
|
54,16
|
3,50
|
0,33
|
2,75
|
1,44
|
0,32
|
15,47
|
(Sumber : Rina Dirgahayu, Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Kal-Sel, 2008)
III.
PEMBAHASAN
Trichoderma ada
2 macam ada yang berbentuk cairan yang dapat disimpan dalam botol mineral atau
jerigen dan dalam bentuk padat dengan media beras yang disimpan dalam kemasan
plastic. Penggunaan trichoderma pada
tanaman padi ada 2 cara :
a.
Penyemprotan langsung Trichoderma sp. cair ke lahan
sawah
v Untuk 1 Ha lahan sawah diperlukan minimal 4 liter
trichoderma
v Setiap tanki volume 15 liter air dicampur dengan
trichoderma ± 200 cc atau 1 gelas wadah air mineral, jadi dalam 1 Ha diperlukan
air sebanyak 300 liter untuk 20 tanki semprot.
v Tanki semprot yang digunakan harus bersih dari bekas
pestisida maupun herbisida kimia
v Waktu penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi
sekitar jam 07.00 dan sore hari sekitar jam 17.00
v Untuk mendapat hasil yang terbaik maka penyemprotan
dilakukan sekitar 15 – 20 hari sebelum tanam, pada jerami/gulma yang sudah di
hamburkan ke lahan sawah dengan adanya penyemprotan ini maka akan mempercepat
pembusukan jerami tersebut sehingga unsurhara akan tersedia bagi tanaman
v Penyemprotan bisa juga dilakukan pada tanaman fase
vegetatif tapi pada saat penyemprotan harus diarahkan ke permukaan tanah jangan
pada tanaman, tetapi penyemprotan seperti ini hasilnya kurang optimal.
v Apabila kita melakukan penyemprotan herbisida maka
penyemprotan dengan menggunakan trichoderma harus mmempunyai interval waktu
selama 2 minggu setelah penggunaan herbisida.
Karena herbisida dapat meenghambat perkembangan trichoderma didalam
tanah.
v Bila ingin menggunakan trichoderma yang dalam bentuk
padat maka diperlukan sebanyak 4 Kg trichoderma yang harus
dilarutkan kedalam air sebanyak 400 liter kemudian disaring dan setelah itu
dimasukkan kedalam alat semprot.
v Biarkan sampai jerami atau gulma hancur terurai dan
pupuk kompos tersedia pada lahan tersebut, kemudian baru ditanami (pada saat
tanam tidak perlu diberikan pupuk kimia
b. Pembuatan
kompos (trichokompos)
Dalam pembuatan
trichokompos bahan yang dapat
dipergunakan disamping jerami, juga bisa dicampur eceng gondok/gulma serta
serbuk gergaji. Adapun tahapan pembuatan
trichokompos adalah sebagai berikut :
A.
Bahan-bahan
:
-
Jerami
15 kubik ( 1 Ha jerami )
-
Pupuk
kandang 15 karung
-
Trichoderma
padat 4 kg atau trichoderma cair 4 liter
-
Air
bersih
B.
Alat
yang diperlukan :
-
Terpal,
cangkul
-
Ember,
sprayer dan saringan
C.
Cara
pembuatan :
-
Kumpulkan
jerami ditepi lahan atau pematang sawah
-
Jerami
dibagi/disusun beberapa lapisan (jerami yang dicacah akan lebih cepat jadi )
-
Taburi
pupuk kandang kemudian disemprot / ditaburkan biakan trichoderma lalu diberi air secukupnya agar lembab
-
Tutup
lapisan jerami dengan menggunakan terpal selama proses kelembaban selalu dijaga
dengan cara diberi air.
-
Selama
12 hari tumpukan jerami dibalik, ditutup terpal lagi sekitar 20 hari
trichokompos sudah jadi
-
Trichokompos
yang sudah jadi, siap ditaburkan dilahan sawah sebagai pupuk organik
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang ada maka dapat diambil kesimpulan antara lain
sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan trichoderma maka dapat meningkatkan
produksi tanaman padi ini sudah terbukti pada petak pengamatan SL-PTT dan
SL-PHT yang sudah dilaksanakan di Desa Ayuang pada beberapa kelompok tani.
2. Menggunakan trichoderma kita dapat memanfaatkan jerami
yang melimpah dilahan sawah agar lebih memberi manfaat kepada lahan sawah dan
dapat mengembalikan unsur hara.
3. Dengan penggunaan trichoderma dilahan sawah maka
unsure hara lengkap tersedia didalam tanah sehingga dapat menekan biaya
produksi karena mengurangi pembelian pupuk anorganik.
4. Tidak berpengaruh terhadap lingkungan(ramah
lingkungan)
B.
SARAN
Petani harus dapat memanfaatkan limbah jerami padi setelah panen dengan
cara mengembalikan ke lahan sawah atau membuat pupuk kompos dengan menggunakan
trichoderma.
Perlu adanya dukungan dari pemerintah
agar minat petani untuk menggunakan pupuk organik/pupuk kompos lebih besar dan
berlomba-lomba menghasilkan beras atau pun sayuran yang organik.
DAFTAR PUSTAKA
Dirgahayu, Rina. 2008. Presentasi
Power Point “ Teknologi Pengolahan Pupuk Organik “, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan
Selatan.
Dirjen Tanaman Pangan.
1996. Petunjuk Praktis
dan Penyebaran Teknologi dan Pengembangan Tanaman Pangan,
Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan,
Direktorat Bina Penyuluhan Tanaman Pangan, Jakarta.
Ginta, J. 2005. Jenis-jenis Unsur Hara Mikro Yang Dibutuhkan Oleh Tanaman. www.nasih.staff.ugm.ac.id/pnt3404/4%209417.doc. Diakses pada
tanggal 10 Mei 2010.
Lembar Informasi Teknologi
Pertanian. 2009. “
Trichoderma untuk Tanaman Padi, Palawija
Dan Hortikultura ”, Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura,
Kalimantan Selatan.
Sirappa, M.
P. 2002. Penentuan Batas Kritis Dan Dosis
Pemupukan N Untuk Tanaman Jagung Di Lahan Kering Pada Tanah Typic Usthorthents.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 3 (2)
(2002) pp 25-37.
Sinar Tani,
2011. “
Gerakan Menuju Pertanian Organik “ , Sinar
Tani Edisi 19 – 25 Oktober 2011, Jakarta.
Widjaja-Adhi, IP.G. 1996. “ Penggunaan uji tanah dan analisa
daun sebagai dasar rekomendasi pemupukan “. Dalam Pelatihan Optimalisasi Pemupukan
Proyek Pembinaan Kelembagaan Litbang Pertanian bekerjasama dengan Faperta IPB,
Bogor.