Pertanian
Berkelanjutan adalah keberhasilan dalam mengelola sumberdaya untuk kepentingan
pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan
meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumberdaya alam. Pertanian
berwawasan lingkungan selalu memperhatikan nasabah tanah, air, manusia,
hewan/ternak, makanan, pendapatan dan kesehatan. Sedang tujuan pertanian yang
berwawasan lingkungan adalah mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah;
meningkatkan dan mempertahankan hasil pada arah yang optimal; mempertahankan
dan meningkatkan keanekaragaman hayati dan ekosistem; dan yang lebih penting
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan penduduk dan makhluk hidup
lainnya.
Pembangunan
berkelanjutan didefinisikan sebagai “pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa
sekarang tanpa mengorbankan kesanggupan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan mereka”. Konservasi merupakan
faktor yang penting dalam pertanian berwawasan lingkungan. Konservasi
sumberdaya terbarukan berarti sumberdaya tersebut harus dapat difungsikan
secara berkelanjutan (continous). Sekarang kita sudah mulai sadar tentang
potensi teknologi, kerapuhan lingkungan, dan kemampuan budi daya manusia untuk
merusak lingkungan tersebut.
Suatu
hal yang perlu dicatat bahwa ketersediaan sumberdaya adalah terbatas.
Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hidrologis, menjaga kelestarian sumber air, meningkatkan sumber daya alam serta memperbaiki kualitas lingkungan hidup yang pada gilirannya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui usaha tani yang berkelanjutan.
Dan seledri merupakan salah satu komoditi sayuran di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi, memilki banyak manfaat sekaligus mudah dibudidayakan secara organik.
Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hidrologis, menjaga kelestarian sumber air, meningkatkan sumber daya alam serta memperbaiki kualitas lingkungan hidup yang pada gilirannya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui usaha tani yang berkelanjutan.
Dan seledri merupakan salah satu komoditi sayuran di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi, memilki banyak manfaat sekaligus mudah dibudidayakan secara organik.
Siapa yang
tidak mengenal Seledri atau dalam bahasa latin bisa di sebut Apium
graveolens L, Family Apiacae tanaman ini memiliki batang tegak
tingginya bisa mencapai 25-30 cm,tanaman
ini bisa di tanam di dataran rendah atau dataran tinggi menyukai tempat
yang lembab dan subur. Selain sebagai
bumbu masak tanaman ini banyak mengandung vitamin A, C, dan zat besi., dan
berkhasiat sebagai obat rematik dan menurunkan tensi darah tinggi. Seledri
merupakan tanaman dataran tinggi yang dapat tumbuh baik pada kisaran suhu 7-16°
C. Tanah yang baik untuk areal penanamannya adalah yang subur dan gembur dengan
pH 5,5-6,8.
Tanaman seledri dapat dibudidayakan sesuai
dengan kondisi lahan, apabila kita mempunyai lahan yang luas kita dapat
membudidayakan dengan membuat bedengan/guludan.
Dapat juga menggunakan polybag dan ada juga yang menggunakan dengan
istilah para-para/box. Pada petani yang
sering terjadi permasalahan pada pengendalian penyakit dan sistem tanam yang
salah serta masih menggunakan pupuk kimia.
Untuk penanaman seledri yang dibudidayakan saat ini dengan tidak
menggunakan pupuk anorganik atau pun bahan kimia lainnya.
B.
Rumusan Masalah
1)
Petani belum mengetahui media tanam yang
baik untuk budidaya seledri organik
2)
Penyakit tanaman seledri yang menyerang
hampir seluruh milik semua petani seledri adalah karena pengaruh jarak tanam
3)
Keuntungan yang dihasilkan petani masih
kurang karena masa panen yang hanya berlangsung 3 – 4 bulan.
C.
Tujuan
1)
Untuk mengenalkan kepada petani tentang
media tanam yang baik untuk tanam sistem para-para/box.
2)
Untuk membuktikan kepada semua petani
seledri tentang pengaruh jarak tanam terhadap penekanan OPT pada tanaman
seledri.
3)
Agar petani seledri mengetahui masa
panen akan jauh lebih relative panjang apabila cara penanganan panen yang benar.
D.
Manfaat
1)
Sebagai sarana pembanding oleh petani
tentang cara membudidayakan tanaman seledri dengan sistem para-para/box dengan
menggunakan organik
2)
Percontohan bagi penyuluh pertanian
sebagai petugas Pembina petani
3)
Sebagai bahan pertimbangan terhadap penguasa kebijakan untuk menanggapi
tentang pengembangan seledri sistem para-para atau box
TINJAUAN
PUSTAKA
Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan
menerapkan pertanian organik. Pertanian organik adalah sistem manajemen
produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil
rekayasa genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan air. Di sisi lain, Pertanian
organik meningkatkan kesehatan dan produktivitas di antara flora, fauna dan manusia.
Penggunaan masukan di luar pertanian yang menyebabkan degradasi sumber daya
alam tidak dapat dikategorikan sebagai pertanian organik.
Sebailknya, sistem pertanian yang tidak menggunakan masukan dari luar, namun mengikuti aturan pertanian organik dapat masuk dalam kelompok pertanian organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik.
Sebailknya, sistem pertanian yang tidak menggunakan masukan dari luar, namun mengikuti aturan pertanian organik dapat masuk dalam kelompok pertanian organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik.
Bila kita sepenuhnya mengacu kepada terminologi (pertanian
organik natural) ini tentunya sangatlah sulit bagi petani untuk menerapkannya,
oleh karena itu pilihan yang dilakukan adalah melakukan pertanian organik
regenaratif, yaitu pertanian dengan perinsip pertanian disertai dengan
pengembalian ke alam masukan-masukan yang berasal dari bahan organik.
Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan
sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan. Menghadapi era perdagangan
bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah
dapat mengekspor produknya ke pasar internasional.
Komoditas pertanian organik yang akan dikembangkan dan
memiliki potensi pasar yang baik, yaitu: hortikultura sayuran (brokoli, kubis
merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong
dan baligo. Buah: nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan manggis), perkebunan
(kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi), rempah dan obat
(Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya).
Beberapa perinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah: (1) pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air) secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam, (2) proses produksi atau kegiatan usaha tani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat, (3) penanganan dan pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah), (4) produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis hortikultura ini (Pradopo, 2000).
Beberapa perinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah: (1) pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air) secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam, (2) proses produksi atau kegiatan usaha tani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat, (3) penanganan dan pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah), (4) produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis hortikultura ini (Pradopo, 2000).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Persemaian
Seledri
dikembangbiakkan dengan biji. Oleh karena itu, untuk mendapat pertumbuhan dan
produksi yang baik, maka harus ditunjang dengan benih yang baik pula. Benih yang sebar pada persemaian sebanyak 2
gram, benih disebar pada box yang sudah disiapkan untuk persemaian. Media yang digunakan untuk persemaian yaitu
pupuk trichokompos sebanyak 10 karung (500 kg) dengan campuran tanah. setelah benih disebar lakukan penyiraman dan
tutup dengan karung bekas yang sudah dibasahi agar mempercepat perkecambahan.
a. Persiapan
media tanam
Tempat media tumbuh dibuat seperti para-para/box
yang terbuat dari kayu ulin dan diatasnya diberi kain paranet agar pada saat
sudah ada tanaman air hujan tetap bisa masuk walaupun dalam skala kecil. Jumlah para-para/box yang dibuat adalah 6 buah dengan ukuran panjang 6 meter dan
lebarnya 1,5 meter. Untuk media tanam
diperlukan 70 karung pupuk trichokompos (3500 kg) dan dicampur dengan tanah.
Penanaman
Bibit ditanam setelah berumur 15 hari setelah semai,
dengan jarak tanam yang digunakan 20 x 30 cm, dan dalam satu lubang tanam hanya
ditanam satu rumpun saja. Ini sangat
berbeda dengan perlakuan yang ada pada petani umumnya biasanya mereka menanam
3-4 rumpun dengan jarak tanam 10 x 15 cm.
Pemeliharaan
Pemupukan yang dilakukan tidak menggunakan pupuk
anorganik, hanya menggunakan pupuk organik cair dengan dosis 20 ml/10 liter
air, itu digunakan untuk menyemprot sebanyak 6 buah para-para/box. Dengan interval penyemprotan selama 10
hari. Penyemprotan pupuk organic cair
dilakukan pada saat tanaman berumur
15 hari setelah tanam dan dilakukan sebanyak 3 kali. Dan selanjutnya pupuk cair tersebut diberikan
setiap kali selesai melakukan pemanenan, biasanya sehari setelah panen seledri
dilaksanakan.
Panen
dan pasca panen
Panen dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 45
hari setelah tanam, untuk ditempat petani biasanya pemanenan baru dapat
dilakukan setelah berumur 60 hari setelah tanam, dengan masa panen yang
hanya berumur 3 – 4 bulan. Dengan adanya kajian ini maka masa panen
ternyata bisa lebih panjang 9 – 10 bulan.
Pemanenan dilaksanakan setiap satu minggu sekali, dengan cara diambil
daun yang tua.
Pada saat panen lakukan pembumbunan dan apabila dalam
satu lubang tanam ada tumbuh anakan maka anakan tersebut dibuang, karena dalam
pengkajian ini diharapkan hanya satu rumpun yang pelihara. Harga yang dijual
pada petani pengumpul adalah Rp. 1.300,- /ikat.
Untuk menjaga agar masa panen relative panjang maka setelah panen
dilakukan pada minggu ke-12 diberikan penambahan pupuk petroganik sebanyak 25
kg untuk 6 buah para-para/box.